Ke Nepal itu ngga cukup sekali, dan korbanny yang kena sihir ini udh banyak. Saya pun sekarang punya banyak kenalan dengan orang yang sudah lebih dari 2x bolak balik ke sana. Intinya Nepal itu luar biasa, sayapun ikut keracunan, padahal udh memantapkan diri untuk tahun depan aja ke sana lagi, tapi pas liat tiket promo, hatikupun payah pendiriannya, jadilah itu tiket ke issue untuk Oktober 2016.
Sebelum ke Himalaya, saya tidak pernah trekking. Jadi trekking pertama saya itu ya di Himalaya sana, ke Muktinath 3800 mdpl, mungkin lebih tinggi sedikit dari Bromo kalau di sini. Waktu saya di Muktinath saya benar – benar merasa Dunia ini luas sekali, dan banyak orang dengan berbagai diversity dan latar belakang. Saya bertemu banyak tourist dengan bahasa antah berantah, saya juga bertemu orang turunan India, turunan Tibet, bahkan keduanya. Saya melewati carut marut Kathmandu, ketenangan Pokhara, dan berjalan di daerah kering Mustang Region. Trip ke Nepal bulan Mei lalu yang membuat saya melihat dunia ini lebih berwarna. Sekarang saya kemana – mana lebih sering jalan kali, ah cuma 3 kilo, jalan pelan – pelan juga sampai. Jalan – jalan ke Negara lain juga jadi lebih pede, pokoknya setelah trekking itu dan bertemu orang – orang yang hidup di gunung dengan segala keterbatasannya, semua yang ada di negara sendiri terlihat lebih mudah bagi saya. Yang susah itu cuma 1, how to remove Nepal from my head, it is absolutely difficult.
Setelah melihat keadaan Himalaya pasca gempa dan mengintrogasi seorang turis yang melakukan volunteer di sekolah pemerintah sana, akhirnya saya memutuskan untuk mensupport 1 anak untuk pergi ke sekolah selama 1 tahun. Saya sudah lama terfikirkan hal – hal seperti ini saat travelling. Bagaimana kita bisa turut memberikan kontribusi positif terhadap orang lain di daerah yang kita singgahi. Jadi mindestnya sendiri harus berubah dari “Kenapa kita harus travelling?” menjadi “Apa yang akan kita lakukan saaat travelling?”
Sejujurnya saya ingin sekali melakukan volunteer project 2 – 3 bulan, tp sepertiny itu hanya impian. Azfar masih terlalu kecil untuk bisa saya tinggalkan selama itu. Untungnya saya kenal dengan seorang gentlement yg mempunyai ide brilliant untuk selalu keep in touch dan membantu sesama. Kenalan dengan Hari.
Jadilah October nanti task saya itu akan berada di Langtang Region untuk bertemu langsung dengan supported child saya beserta orang tuanya. Gadis kecil ini tinggal di Jibjibe Village, Rasuwa District salah satu yang terkena efek gempa terburuk di tahun 2015. Jibjibe Village juga kampungnya guide teman baik saya Hari. Beliaulah yang mempunyai project untuk school program seperti ini. Saya akan stay 2 malam di kediaman orang lokal di sana. Dan kegiatan lainnya, saya akan melihat sekolah tempat anak saya belajar, dan bagaimana orang tuanya dan penduduk lokal menjalani hari – harinya.
Setelah itu kami akan meneruskan perjalanan yg disebut sebagai Tamang Heritage Trail, kira 5 – 8 malam, ke Ghatlang, Naghtali, dan Thuman. Si Hari ternyata ingat kalau saya itu dulu pernah tanya, dimana saya bisa bertemu suku Tamang. Dan dia akhirnya berinisiatif membawa saya k sini. Dan kebetulan kampungnya memang masih 1 region dengan trail ini. Saya langsung mengiyakan tawarannya. Sebenarnya Trailnya agak panjang, kira – kira membutuhkan waktu sekitar 16 hari, namun karena Hari ada urusan di Kathmandu, maka kami harus menginterrupt trail ini ditengah jalan. Ya gpp lah, mungkin suatu saat nanti bisa dilanjutin lagi.
Saat kunjungan saya ke Nepal beberapa bulan lalu saya juga berkenalan dengan penjual jaket di Thamel, dan dia berasal dari Gorkha. Dia bilang, jarang sekali turis Indonesia main ke Gorkha, padahal Gorkha itu tempat yang sangat bersejarah bagi Nepal. Jadi saya sempatkan Oktober nanti untuk pergi ke Manakamana Temple, dan Gorkha Durbar Square yang sebelumnya menjadi tempat tinggal Raja Nepal. Sayangnya teman saya berhalangan untuk menemani saya ke Gorkha karena dia harus berada di Kathmandu saat Tihar Festival. Jadi Sepertinya saya harus berangkat sendiri untuk menjelajah Gorkha.
Selain dari 3 task di atas, harapan saya sih bisa leyeh – leyeh di Kathmandu sambil cari inspirasi. Saya juga akan menghabiskan waktu di cafe teman saya di daerah Chettrapati. Namanya Kathmandu French Bakery. Wah ini cafe emang top markotop deh, ownernya super ramah, makanany super enak dan selalu bisa special request. Kamipun saat ini telah berteman baik, jadi October nanti saya akan membawa belanjaan beliau dari sini, dan sebagai terimakasihnya saya diperbolehkan masak di dapur cafe nya (haree geennee masih masak di dapur hostel??), dan saya harus mempersiapkan diri sepertinya saya akan dapat banyak hidangan gratis… (ngarep + kepedean)
Hello sister Nina!I saw you’re blog very nice and good Article.if you have a chance let try to come to visit My country again.
Thank you!
Shafie Siem Reap
I will be there again very soon Abang Shafie for sure. Your country also adorable, and I have excelent Tuk Tuk driver in there. What an experience that i will never forget. Thank you.
lxklif
9nwphn
um834a
pwh43q
gmscxj