Pernah ngga ngebayangin tinggal di desa? Desanya ya beneran desa, yang penduduknya hidup jauh dari inflasi, jauh dari politik, jauh dari jalan raya, dan jauh dari dari hingar bingar kota.
Saya pernah!!
Jadi ceritanya saya sudah menyiapkan hati dan fisik untuk trekking ke Tamang Heritage Trail. Dan karena saya sebelumnya pernah trekking ke Muktinath, Lower Mustang yang trek nya merupakan tea lodge trek, tea lodge trek ini, kita tidak perlu bawa tenda saat trekking. Cukup stay di guest house yang ada di rute trek. Dan mereka akan menyajikan segala menu, mulai dari Nepali menu, Tibetan, bahkan western. Nah, dengan experience tersebut jadilah saya ngga bawa makanan.. karena makanan banyak.. lidah saya cocok.
Tapi harapan tinggalah harapan, saya yang berencana pergi ke Tamang dengan teman saya seorang Nepali bernama Hari, ternyata tidak jadi. Karena teman saya tersebut ada pekerjaan urgent di kampungnya. Akhirnya pergilah kami berdua ke rumahnay di daerah Rasuwa, Langtang Region. 1 jam mendaki dari Kalikashtan. Sejujurnya saya juga akan ke rumahnya dan menginap beberapa hari di sana, sambil bertemu volunteer lain dan melihat fasilitas desa, tetapi setelah pulang dari Tamang Heritage Trail.
Karena rencana berubah 80%, maka tibalah saya di rumah Hari lebih awal. Pertama saya menapakkan di rumah Hari, saya pikir rumahnya itu gudang.. iya gudang jagung… mau masuk penuh jagung, keluar pintu kandang kambing. Belum lagi diawal – awal bertemu sama orang tuanya mereka cerita tentang tikus yang turun naik foya – foya di sepanjang loteng dan kolong tempat tidur. Jadi ya fix lah.. ini gudang. But, later.. ternyata itu rumah.. jadi keluarga dia itu tinggal di sana, Orang tuanya, istri, dan 3 anak mereka. Tidurnya dimana ?? ga usah dibayangin.. pokoknya ada bale.. lalu taruh selimut tebal sebagai alas, dan taruh lagi selimut sebagai penutup badan. Kadang juga tidur di bawah dengan sleeping bag, saking dinginnya.
Rumah Hari berada di Bukit Langtang Region, karena tempat ini berbatasan langsung dengan Tibet, maka selama di bus kami diperiksa oleh tentara sebanyak 2x. Maklum banyak orang keluar masuk Tibet dengan berbagai tujuan. Untuk ke perbatasan Tibet, dari tempat ini hanya berjalan 2 jam naik gunung, lalu nanti ada 2 desa terakhir, lalu setelah itu Hutan… dan diujung Hutan sudah perbatasan. 2 jam naik sudah sampai atas bukit, dan sudah bisa lihat pemandangan Himalaya Range untuk sisi Tibet. Saya ke sana ? heheh.. tidak.. Biasa kl saya pergi – pergi senengnya ngobrol sama penduduk lokal.
Saya menginap di sana kira – kira 4 malam. Saya tinggal bersama adik perempuannya Hari, rumahnya hanya berjarak 5 menit naik ke atas.. (baca : 12 menit). Lalu kayak apa tinggal di sana ?
Tinggal di desa macem Rasuwa memang jauh dari hingar bingar. Saya di sana benar – benar merasakan layaknya kodrat makhluk hidup untuk tetap hidup. Di desa, karena mereka Hindu, dan vegetarian, jadi mereka hanya makan makanan yang mereka tanam di Ladang. Seperti Labu, Jagung, Kentang, Tomat, mereka juga menanam padi, cuma padi tidak bisa tumbuh di air yang dingin, jadi saat saya ke sana dan sudah masuk autumn, jadi padi sudah habis panen semua. Untuk saat – saat seperti ini, ya selain mengandalkan stok beras, mau tidak mau harus beli ke lokal market dekat sekolah, ataupun barter dengan tentangga. Orang Nepal termasuk orang yang tiap hari makan nasi, sama seperti orang Indonesia, kl belum makan nasi, ya artinya belum makan. Tapi wajar sih, lha mereka cukup membutuhkan tenaga tiap hari. Makanya orang – orang di desa semuanya langsing – langsing.
Di Rasuwa ini, saya bisa langsung minum air dari keran. Alhamdulillah tanpa mencri – mencri ya.. . Biasanya foreigner yang datang k sini, mereka selalu bawa purified water ataupun mereka menampung pake ember, lalu dijemur di bawah sinar matahari. Saya ?? ah saya yang cm bawa baju ganti, ga ada pilihan.. ya langsung tampung aja di gelas lalu glek glek glek… ngga pake dimasak dulu… Dan gimana mau masak.. lha mereka masakny aja pake kayu bakar, saya kan jadi merasa bersalah kl masak air mulu. Di sana pun dingiiinnnn… dan kalau mandi ya.. jgn harap pake hot water. Mandi di sini cukup sekali seminggu, hahaha.. *asseeekkk*
Di rumah Hari, hanya dia dan anaknya yang paling besar yang lumayan fluent bahasa Inggrisnya. Karena Teman saya itu cukup sibuk, jadi sehari – hari saya hanya bersama anaknya yang berumur 15 tahun. Namanya Manila. Saya cukup surprise dengan anak ini. Bahasa Inggrisnya bagus, karena dia sering kedatangan volunteer di rumahnya, dan dia tidak menyianyiakan kesempatan itu. Beda banget sama waktu saya kerja di konsultan dulu, ada juga Bule yang sengaja di datangin ke kantor supaya kita – kita nambah melek bahasa inggrisnya.. eh malah itu bule yang dalam beberapa bulan kedepanny yang jago bahasa Indonesia, hahaha…
Semua orang hidup sederhana di rumahnya di Rasuwa. Tidak ada rumah yang mewah. Mereka hidup sesuai dengan kebutuhannya. Tidak ada internet, tidak ada TV, tidak ada kulkas. Listrik memang ada, dan di rumah diterangi 3 – 4 lampu. Listrik, lainnya hanya untuk charge Hp, charge senter. Tidak aneh jika sebulan mereka hanya mengeluarkan 1 dollar untuk biaya listrik. Sedangkan air, natural water keluar dengan asiknya di tiap tiap selang dari sumber air ke rumah rumah… mereka tidak perlu menggali lagi. Di beberapa spot sambungan selang, jika kita haus, kita tinggal copotin aja selangnya lalu minum dari sana, tp jangan lupa harus sambung lagi.
Nepal memang mempunyai sekolah yang ok. Sebut saja di Rasuwa ini terdapat North Pole Boarding School. Bahasa pengantarnya bahasa inggris, gurunya tidak hanya dari Nepal, tapi juga dari India dan beberapa volunteer dari Australia dan Eropa. Maka tidak jarang anak – anak di sana cukup pede menyapa foreigner (kalah jepang kan). Sekolah di Nepal sama seperti di Indonesia, kira – kira 12 tahun sebelum lanjut kuliah. Pelajaran komputer juga sudah masuk di sekolah. Walaupun internet agak hanya ada di spot spot tertentu di dekat central desa. Mereka biasanya menamati sekolah 12 tahun, lalu pergi ke Kathmandu untuk meneruskan kuliahnya baik di college ataupun di universitas. Keuangannya bagaimana? karena orang tua mereka juga hidupnya pas pasan, jadi untuk yang baru lulus sekolah biasanya mereka bekerja di Thamel di beberapa guest house, atau menjadi penjaga toko. Dan pagi hari mereka kuliah. Kuliahny cukup aneh untuk para yang bekerja, mereka start kuliah pukul 5 pagi. *kalah puasa Ramadhan.
to be continued…
Keren mbak..
Terima Kasih mas Didin
Hello mbaak nina, salam kenal. aku tertarik banget baca nya. Boleh saya minta info menjadi volunteer sana. Jika berkenan ini nmer WA saya. Dan adakah orang Indonesia yg tinggal di nepal? Terimakasih 🙂
Hallo mbak, bisa saja mbak, mbak bisa email ke aku [email protected], kira – kira mbak bisa di bidang apakah?
aku ada beberapa kenalan di Nepal orang Indonesia, paling banyak sih orang local sana.
hgi0x3
6vti20
3iw8sw
qkwybb