Tidak bisa dipungkiri akhirnya saya jujur kalau belum pernah ke Nagarkot. 2x ke Nepal dan belum pernah di Nagarkot dan langsung bawa peserta buat sunrise di sana. Spot nya aja ngga ngerti. Cuma bermodalkan rekomendasi tempat dari sana sini. Nagarkot secara struktural adalah kawasan resort. Tempat orang – orang kaya Nepal pada jalan2 ngabisin duit di hotel mahal. Lha bagi kami yang budget backpacker mana bisa ?? Akhirnya pilihan jatuh ke Cafe du Mont and Lodge. Resort ini punya 2 bangunan berbeda. 1 bangunan lama yang lengkap dengan restoran dengan view mountain, dan 1 bangunan baru yang dihentikan pengerjaannya. Nah karena dari foto nya, bangunan baru ini lebih ok dalamnya, akhirny saya putuskan untuk tidur di bangunan baru. Tapi 1st impressionny adalah.. bangunan ini tidak terlihat bagus dari luar. Tp yang namanya hot water, AC, selimut, semua lengkap kap..
Letak resort ini agak susah.. karena harus lewat gang kecil. Hari juga sudah gelap. Karena peserta juga semua sudah capek, ditambah lagi liat bangunan yang kaya bedeng belum jadi.. sehingga pingin cepat – cepat masuk kamar.
Tiba – tiba, ada seorang bapak bule dengan 1 orang anak berjalan ke arah bangunan sambil pegang kunci. Setelah basa basi sedikit dengan bapak itu, si Lady Di *mba Diana langsung mengikuti si bapak. Kami pun ikut sambil melihat sikon. Sampai akhirnya kami menepi, tetapi mba Diana masih mengikuti si bapak bule. Kami yakin si Bule ganteng sudah beristri pun merasa kejanggalan. Teman – teman yang lain malah bertanya – tanya.. nih orang ngapain ikutin bule. Dan tiba2 aja si bule buka kunci dan mba Diana nyelonong masuk ke kamar mereka sesaat pintu terbuka. OH MY GOD!!! teman – teman lain langsung teriak.. “Bu..Bu… bukan itu kamarnya…. , main selonong ajaaa…. bukan bu… kamarnya blm ada…”. Untung ngga dipentung sama istrinya si Bule, kan ngga lucu kl dikira selingkuhan masuk kamar.. Istri si Bule tampangny udh aneh, tp ya kami cuma bisa ketawa ketawa, atas tragedi salah jurkun ini.
Keesokan harinya tanpa rasa bersalah, si Lady Di tetap aja dadah2 sama tuh bule… istrinya natapnya udh ngga ngenakin.. wkwkkwkw… diantara merasa direndahkan karena suaminya dikira bellboy.. atau merasa suaminya ternyata punya selingkuhan.
Anehnya, ini bukan kejadian pertama selonong lady.. waktu kami tiba di Bhaktapur dan antri di loket masuk, tetiba mba Diana celingak celinguk dan ngeloyor masuk ke dalam, orang yang jaga langsung shock ngapain nih orang.. dan dengan santainya beliau duduk, trus charge hp. *aje gileee…. keren bangetttt…
Well, di Nagarkot tidak banyak hal yang bisa dilakukan, tujuan kami hanyalah menginap semalam, menunggu sunrise keesokan harinya, lalu kembali ke Kathmandu. Karena kami tiba saat matahari sudah tenggelam, jadi kami hanya bersih2 badan, lalu makan malam di resto nya. Nepal terkenal dengan keramah tamahan orang – orangnya, dan senangnya lagi rata2 di sini wine pun murah. Dengan harga 160rb bisa dapat 1 botol wine buatan Prancis maupun Australia. kalo ber 6 kan, 1 botol tinggal di bagi 6, masing masing cm bayar 26rb.. jadi aja tiap malam kita minum wine. Kaya macem orang kaya aja. Ngga di Nagarkot, Kathmandu.. tentu saja di French Bakery, di Pokhara. Pokokny tiap malam pasti kita minum wine.
Malam hari di Nagarkot, karena langit sangat cerah, kami sempatkan keluar ngobrol – ngobrol sebentar sambil menikmati masala tea (teh khas Hindustan dengan spice sepeterti cinnamon). Lumayan juga untuk menghangatkan badan. Walaupun setelah itu saya lebih senang minum Hot lemon plus ginger dan honey.. wahh mantabb.. apalagi kl diminum di dinginnya hari dengan suhu minus..
Karena tidak banyak yang dapat dilakukan di Nagarkot, jadi selesai makan siang kamipun check out dan langsung menuju ke Pashupatinath.
Untungny di pagi hari suasana sangat cerah, jadi Himalaya Range dapat terlihat dengan jelas dari teras restoran. Gunung – gunung yang terlihat jelas seperti Ganesh Himal, Manaslu dapat jelas terlihat. Sayangnya Range Everest tertutup awan, jadi tidak bisa melihat gunung Everest dari Nagarkot. Setelah makan siang dan beres – beres, kami akhirny say goodbye dengan penghuni hotel dan langsung turun bukit untuk melihat festival Shivaratri.
Semua orang saat itu sangat menyarankan pergi ke Pashupatinath.. saya sendiri yang sebenarnya sangat ingin ke sana, agak ragu juga takutnya chaos. Karena hari itu adalah hari ultahnya dewa Shiwa, dan semua Saddhu berkumpul di Pashupatinath. Hari itu juga menjadi libur nasional. Dan dari mulai kedatangan kami di Nepal, Pashupatinath sudah diramaikan dengan pasar malam dengan ferris wheel ala Kathmandu.
Dan benar saja, sesampainya kami di Pashupatinath, di sana sangat ramai. Suara ambulance, polisi, sirkus, sirine, manusia tumpah ruah tidak beraturan. Ditambah lagi tukang dagang yang telah mengambil jalan hingga ke tengah. 2 kata kala itu yang terucap, luar biasa. Helikopter pun beberapa kali berkeliling di atas kawasan, sesekali menebar bubuk warna warni. Semua Nepali Hindu, dan para devotee Shiva, berkumpul di salah satu area World Heritage Site, kuil Pashupati nan Suci. Selama saya 3x ke Nepal, kala itulah saya baru melihat the REAL NEPAL, yang orang – orangnya terlihat susah. Mereka tidak ragu – ragu menggunakan baju lusuh, dan antri berjam – jam melingkar demi mengagungkan salah satu dewa tertinggi Shiva. Saat Shivaratri ini, ganja dilegalkan untuk digunakan sehari. Jadi tidak jarang sesaat kami tiba di Thamel, banyak penjual toko yang masih teler ataupun menahan kantuk.
Saya pribadi tidak menyarankan untuk siapapun yang sebelumny tidak pernah ke Pashupatinath untuk mengunjungi kawasan ini saat Shivaratri. Terlalu crowded, terlalu chaos, dan kalian bisa nyasar. Tidak banyak jalur yang dibuka di dalam area kuil, dan jalur masuk selalu dijaga volumenya. Sebenarnya untuk turis selalu diberikan jalur khusus dan nyaris semua pintu terbuka. Namun karena pintuny sama – sama dipakai juga oleh orang local, jadiny tetap juga dorong2an. 1 Hal yang saya kagumi dari para peserta tour ini adalah, mereka semua sangat care satu sama lain. Jadi saya tidak perlu repot2 menjaga semua peserta. Karena peserta merasa semua adalah keluarga yang sense belongingny sudah memang harus dijaga satu sama lain. Sempat kami dorong – dorongan karena akan keluar dari kuil, wah kami sudah terjepit, dorong kanan – kiri, sambil pegang kamera, dompet, paspor, tas.. but.. Om Shanti… kami semua tidak kekurangan suatu apapun. Emang orang Nepal itu baik2 semua.
Kami sempat terjebak dalam kemacetan saat pulang ke Thamel. Pashupati – Thamel yang jarakny cm 5 km ditempuh dalam waktu 2 jam. Wuuuiiihh… Shiva… panas pulak lah kami ini berpeluh peluh.. Namun bagaimanapun saya pribadi tetap salut dengan semua teman2, ngga ada yang mengeluh significant. Well, sebenernya travelling itu tidak semua harus melebihi expectasi. Ada juga saat di mana kita perlu belajar bahwa apa yang ada di negara sendiri sekarang ini, tetap jauh lebih baik.. jika dibandingkan dengan teman2 di Nepal.
Saya tidak akan membahas Pashupatinath secara detail, karena sebelumnya saya pernah mengulas tentang kuil ini di blog. Dan kuil ini secara pribadi yang membawa saya pergi ke Nepal dan selalu ingin kembali lagi. This temple have a vibrate for me personally.
zoe96m
euozei
nrjufn
r5erwy