Kata orang, jika malam hari kamu bisa melihat bintang, kemungkinan esok pagi akan cerah. Dan benar saja, hotel kami menginap malam itu mempunyai roof top untuk duduk – duduk, tapi sayangnya cuaca jelek sekali. Sejak perjalanan ke Pokhara cuaca memang sangat hazy, dan bintang pun sukses tidak ada yang muncul. Tapi bagaimanapun, besok kita tetap harus hunting sunrise ke Sarangkot.
Kami berangkat dari hotel pagi itu pukul 5 pagi, karena sunrise pukul 6.30. Sampai di Sarangkotpun ternyata masih terlalu cepat, alhasil kita ngopi2 dulu deh. Setelah selesai ngopi, kita langsung berjalan beberapa meter ke hill side yang tidak terlalu besar sambil menunggu matahari muncul. Dannnn benar saja, ternyata pagi itu keadaan terlalu berkabut, sehingga Annapurna Range tidak dapat terlihat. Ya.. terlihat sih… tp remang – remang. Tetapi emang dasar teman2 semua ngga bisa liat orang buka lapak.. jadi semua turis tetep aja nungguin matahari naik, lha ini grup 200 ilang semua… ternyata lagi godain dai – dai yang jualan pashmina.. 400 (four hundred ya, four hundred).. i don’t have money.. four hundred.. udh seru banget nawarnya. Kan aneh ya.. biasanya itu orang pulang liat sunrise bawa foto.. lha ini bawa sekantong plastik gede isinya pashmina, kalung, gelang.. ngeborong nih yeee….. Matahari aja belum keluar udh gondol belanjaan.. ckckckckc…
Selesai mengejar sunrise gagal, akhirnya kami kembali ke hotel untuk sarapan, atur oleh – oleh, dan mandi. Setelah itu kami keluar lagi untuk keliling kota Pokhara. Tujuannya adalah World Peace Pagoda, Devi’s Fall, Tibetan Refugee, dan Gorkha’s Museum.
Di World Peace Pagoda, ternyata membutuhkan waktu yang lama. Saya sempat berfikir grup 200 ini akan cepat bosan, ternyata tidak saudara – saudara. Mereka malah dapat 1 spot tepat di World Peace Stupa, dan foto – fotoan ala model di sana. 1 sesi bisa 20 kali snap, ganti gaya pulak.. aalamaakjaanng… Ketawa ketiwi sampai ditegur sama penjaga kawasan. Lha jelas – jelas ada tulisannya untuk keep silent, ini tetap aja ketawa – ketawa. Lha saya mau bilang apa donk.. ya kabur aja lah ke bawah tunggu di pendopo. Oh iya selama di Pokhara kami juga gabung dengan mba Ica dan keluarga. Jadi deh team 200 jadi tambah rame.
Suasana di World Peace Pagoda saat itu tetap mendung berkabut, pokoknya Pokhara sedang tidak cerah. Tapi senangnya grup 200 emang selalu ngga ambil pusing, ada aja ide anehnya. Ngga ketemu sunrise akhirnya belanja dan menang banyak, di WPP juga akhirny foto2 ala Santorini.
Selesai terusir dari World Peace Pagoda, kita langsung makan siang. Makan siangny juga agak2 berdebu tempatnya, yaahh kan kalau travel ke Nepal itu harus merasakan yang berpeluh – peluh sampai yang restoran mahal donk..
Selesai makan siang, kita lanjut ke Devi’s fall dan Cave di dekatnya. Tapi sebelum masuk, tetap saya kasih tau kalo keadaan di sini itu tempat wisatanya tidak terlalu menarik. Dan ternyata omongan saya ngga didengerin, karena pas ngomong ternyata mereka udh ngga konsen, matanya udah jelalatan cari souvenir di depan Devi’s fall. Selang 10 menit, grup 200 rupee udh hilang entah kemana semua personilnya *tepok jidat. Jadi apakah kita masuk ke Devi’s fall ? jawabanny ya ngga lah. Kita semua cm habisin waktu buat shopping. Dan memang shopping di Devi’s fall ini murah2. Serius!! Pendant yang dijual di Swayambhu ataupun di Thamel 1 – 1 dan di bandrol harga 300 rupee.. di sini digelar segunung.. terserah deh mau ambil yang mana… mau pendant, trisula, Buddha Gautam, God Shiva, Khrishna, Vishnu, Ganesh, semua disebar… Belum lagi Healing Bowl, Singing Bowl dari segala bentuk dan rupa ada.. dari warna chopper, sampai emas ada semua. Jalan sedikit ke toko sebelah, ternyata aksesoris wanitanya juga murah banget.. Tapi aksesoris wanita di sini bukan whole seller, jadi barang terbatas. Saran saya kl mau beli aksesoris wanita, dan kamu liat unik, langsung tawar aja kalo serius. Karena belum tentu ada di tempat lain. Di Word Peace Pagoda juga mereka kasih harga murah, jadi ok juga untuk tambah2 koleksi dari sana.
Selesai dari Devi’s fall, kita pindah ke Tibetan Refugee.. dan ternyata mereka sedang tidak ada di kawasan, karena hari itu sedang Losar Festival. Jadi rata-rata mereka ke Monastery dan rumah – rumah mereka semua tertutup rapat. Ya sudah kalau begitu kita semua kembali ke Phewa Lake, lalu perahuan aja di sana.
Santai – santai, ngobrol – ngobrol, ya kebetulan saya tidak 1 perahu dengan teman – teman semua, jadi bisa motoin dari perahu sebelah deh. Phewa lake sore itu cukup sejuk, sepi, ngobrol2 dengan si tukang perahu ternyata dia umurnya baru 16 tahun. Dan harus kerja ngenjot perahu sendirian yang diisi 4 penumpang. Lumayan juga capeknya. Semoga rejekinya banyak yang mas bhai.
Setelah turun dari perahu kita jalan2 lagi ke pertokoan sekitar, lalu dinner bersama. Dan city tour pokhara berakhir sudah. Besokny kami masih tetap ada di Pokhara untuk Trekking ke Australian Base Camp.
sgbb40
ovngxj
dykqov
wi4zky