“Lo mau Annapurna Base Camp ? Sama Siapa ?” tanya gw, “Sama temen aja ber-3” jawabnya. “Oh, tapi pakai guide kan ?” , “No” jawabnya pasti. “Porter then ?” , “Ngga, gw carry sendiri barang – barang gw”.. “Lho, kenapa ngga pake, nanti nyasar gimana ?” dan dia jawab “We are in tight budget…!”
Banyak backpacker yang anti untuk menggunakan guide, ataupun tour operator. Why? Pertama adalah dari sisi harga. Ke dua, masalah Prestige (terbiasa jalan2 sendiri di negara2 tertentu, jadi pede lah naik gunung, individual juga). Padahal menggunakan guide itu, bukan suatu hal yang memalukan, malah memudahkan. Perjalanan Trek khususnya ke Himalaya, adalah perjalanan beresiko tinggi. Jadi jangan pernah menganggap sepele. Rute yang jelas memang akan mempermudah trek, tapi kesiapan fisik juga management waktu tentu saja dibutuhkan dengan sama pentingnya.
Menghire guide tidak hanya memberikan kenyamanan saat trekking, he will take care of you totally. Kita sudah tidak perlu mengkhawatirkan tentang waktu trek, speed, rute, dll. Guide juga akan memberikan penjelasan tentang keadaan environment sekitar, village life, dan daily life local. Guide yang bersertifaksi tentunya mempunyai cerita historical dari negaranya, belief mythology, memperkenalkan makanan lokal, dan budaya lokal. Menghire guide juga akan membantu suatu perputaran ekonomi, yes.. you will contribute enough to their economic life. Saya tau persis keadaan beberapa guide di desa mereka itu seperti apa. Jadi, amount of money is priceless if you really can help contribute what needed to them.
Lalu bagaimana jika kita dihadapkan berpergian tanpa guide ?
Perjalanan kami ke Everest Region Maret lalu terdiri dari 5 orang. 3 orang mountainers, 1 orang mountain biker, dan 1 orang lagi shoppinger (saya maksudnya). Diantara 3 orang mountainers ini, 2 orang berencana pergi hingga ke Base Camp (5400 mdpl), sedangkan 1 orang lagi akan berhenti di Tengboche Monastery ketinggian 3800 mdpl bersama saya, lalu kembali untuk turun. Mountain biker juga akan ikut bersama 2 orang mountainers untuk sampai ke Everest Base Camp. Jadi bisa dibilang, 3 orang ke EBC, 2 orang hanya setengah jalan, hanya saja pergi kami pergi barengan.
1.Obtain Your Individual Trek Permit
Saat tidak menghire guide maupun porter, maka kita harus mengurus permit trekking secara mandiri. Caranya mudah tinggal pergi ke Nepal Tourism Board di Kathmandu, lalu mengisi formulir. Untuk Individual trekker, TIMS akan diberikan warna hijau, sementara jika menggunakan tour operator, permit card akan berwarna biru. Biaya permit berbeda berdasarkan tujuan region trekking. Untuk Everest Region, TIMS sekitar 2500 rupee, dan entry fee Sagarmatha National Park sebesar 3000 rupee, siapkan juga pas photo 3×4 berwarna 2 lembar, dan 1 photocopy passport. Permit pertama kali akan di cek di Lukla saat menuju ke Phakding. Sehingga, jika kamu cuma ingin ngopi2 cantik di Lukla, maka permit ini tidak akan diperlukan.
2.Know Yourself and Your Partner’s Limit, Perfectly!
Pastikan kita sudah melakukan wawancara detail dengan partner hiking kita nantinya. Bagaimana keadaan fisik mereka, saat saya ke Everest Region saat itu, 1 partner saya mempunyai keluhan kalau dulu dia pernah kecelakaan dan kadang angkle nya sakit jika berjalan jauh. Dia sempat mengunjungi dokter untuk check up, dan ternyata memang tidak diperbolehkan untuk melakukan hiking. Tapi orangnya aneh juga, dia beli tiket pesawat PP dulu Kathmandu- Lukla, setelah itu baru mengunjungi dokter. Namum pointnya adalah, Dengan penjelasan seperti ini, yang ada di otak saya adalah hanya 1, dia harus berjalan lebih hati – hati diantara kita semua. Padahal actualnya di gunung aja dia lari.. hahhaha..
Jadi lakukan pertanyaan2 kecil, apakah pernah trekking sebelumnya, apakah sering olah raga, apa bisa berjalan ascending sambil membawa beban berat, punya asma, alergi, dll. Buat grup di messanger, untuk menambah keakraban, dan mengenal satu sama lain.
3.Throw Away Your Ego
Permasalahan yang terjadi juga biasanya adalah fitness limitation. 5 orang pergi bareng, tentu saja mempunyai kemampuan yang berbeda – beda. Fitness limitation ini, nantinya akan memecah team yang sudah terbentuk. Di kasus trekking saya, team akhirnya terbagi menjadi 2, untuk mengimbangi speed ritme, we didnt’t want all the members ended up slowing down by one person right ? That was why hey! Namun kita juga harus memastikan bahwa anggota 1 team selalu berada pada jarak pandang kita, walaupun rute trek selalu terlihat jelas (banyak petunjuk). Karena segala hal bisa saja terjadi, bukan hanya nyasar, tiba – tiba terpeleset ke jurang, terhambat perjalanan karena ada kawanan yak demo, keram kaki, pingsan, masalah pernapasan, penyakit ketinggian, pusing, ataupun hal sepele seperti, sepatu yg rusak, atau tas carrier yang putus.
Jadi, jika diharuskan untuk memecah team, pastikan di team pecahan tersebut adalah orang yang bisa take care 1 sama lain. Jangan pernah pergi sendiri dan meninggalkan semua team. This time i say, throw away your ego and take care each other. This is one of high risk journey, so think about it.
4.Prepare Your Own Needs
Siapkan semua kebutuhan untuk kamu sendiri, yg lengkap, dan jangan pernah mengandalkan orang lain. Siapkan makanan ringan untuk kamu sendiri, dihitung dari berapa banyak hari yang akan dijalani. Siapkan juga hal – hal in case of the day is getting worst. Seperti Jas Hujan – walaupun sedang tidak monsoon, Senter walaupun kita tidak akan melakukan trek pada malam hari, sleeping bag – walaupun kita akan selalu tidur di lodge. Karena siapa tau, kita di jalan mendapatkan kecelakaan (longsor, badai, lost ) dan memungkinkan untuk tidur di tengah hutan.
Saya karena hanya melakukan perjalanan ke ketinggian 3800, jadi saya menyiapkan 1 dry fit, dan 1 celana trek yg dipakai siang hari, 1 pasang long john untuk tidur yg dipakai malam hari. 1 Wind Breaker untuk siang hari. 1 Jaket yg agak tebal namun ringan. Kaca mata hitam, Headband, Topi, Buff, Sepatu Trek, 2 pasang kaos kaki, untuk trek dan untuk tidur. Ringan bukan ?
Seberapapun dinginnya siang hari, pastinya kita akan berkeringat, jadi wind breaker dan dryfit saja cukup. Memang saat beristirahat duduk2, jadiny ya kedinginan. Suhu saat itu berkisar antara 3 -10 derajat di siang hari, dan 0 – minus 9, di malam hari.
5.Time Management, Acknowledge Your Route
Sebelum pergi, cari tau rute tujuan selengkap – lengkapny. Jangan pernah menyerahkanny pada where the wind blows. Ini pegunungan, bukan kota yang banyak orang keluyuran. Jika memang trek nya merupakan tea lodge trek (banyak penginapan atau warung) harus ditanya detail, sebanyak apa lodge nya. Apakah setiap 30 menit berjalan ada, atau settlement hanya ada di tempat – tempat tertentu, misalny 4 jam sekali. Saat saya on the way trek di Lower Mustang area, settlement selepas dari Jomsom hanya didapat setelah 4 jam trek, normal speed. Saat on the way trek in Everest Region, Lukla – Phakding, mungkin 20 menit berjalan masih mendapatkan tealodge, begitu pula saat tiba di Monjo. Saat sudah memasuki kawasan Sagarmatha National Park, tea lodge akan jarang sekali. Dan sesaat melewati suspension bridge terakhir menuju Namche, sepanjang naik bukit, tidak ada tea lodge. Kita hanya akan menemukan settlement jika tiba di Namche Bazar. Jadi sering – sering lah bertanya dengan orang lokal, jika ke tempat A, apakah setelah ini masih ada tea lodge, kira – kira harus berapa lama berjalan? Kamu ngga mau kan kalo2 salah perhitungan dan menyebabkan kita harus tidur di tengah hutan ?
6.Mind Your Steps
Selalu berjalan di sisi tengah dekat tebing, jangan berjalan dipinggir, sehingga jika terjatuh masih ada space untuk badan kita, bayangkan jika kita terpeleset dan sangat dekat dengan jurang. Perhatikan langkah yang akan diinjak, pastikan kalau pijakan kita stabil.
Lepas earphone please, memang paling enak trek sambil dengar musik ya.. tapi jika kita menggunakan earphone, kita tidak akan mendengar keadaan sekitar. Jadi lepaskan earphone agar kita dapat mendengar karena kawanan transport yang menghampiri kita. Keledai, Kuda, Yak, Porter, mereka adalah pengguna jalan nomor 1. Jadi kita harus selalu memberikan high priority access to them. Ngga lucu kan kalau kita jatuh ke jurang cuma gara – gara disundul yak di belakang yang tidak bisa ngerem…
7.Use your Paper Tissue Please..
Ada beberapa pesan yang selalu guide sampaikan mengenai trek ke Himalaya, salah satuny mengenai penggunaan tissue. Untuk orang Asia Tenggara yang selalu tidak bisa ke toilet jika tidak ada air, pastinya selalu membawa tissue basah jika berpergian. Gunakan Tissue basah hanya seperlunya. Jika memang masih bisa menggunakan paper tissue ya, lupakanlah tissue basah. Tissue basah sangat sulit terurai. Jadi bayangkan jika banyak trekker yang menggunakan tissue basah sementara mereka untuk sekarang ini sedang menggerakkan zero waste ataupun membuat compose untuk sampah mereka.
Di perjalanan saya ke Tengboche, saya menggunakan 1 toilet umum yang tidak ada sanitarynya. Semua masuk ke lubang besar, dan lubang itu isinya hanya dedaunan kering, kotoran manusia dll dll.. (untungnya tidak bau), dan gelap, jadi warnanya tidak kasat mata. Setelah tanya2, ya memang itu nantinya dikompos, karena tidak ada saluran airnya. Bayangkan jika saya menggunakan wet tissue, berarti saya harus mengantongi lagi tissue basah saya untuk dibuang ke plastic waste.
8.No More Sweets, No More Chocolates
Guys, kamu akan menemukan banyak anak kecil berlarian, dari yang kucel sampai cute, dan they are very lovely. Sangat senang sekali bertemu trekker. Dan hampir semua trekker pasti memberikan mereka permen, coklat. I say here, stop giving them chocolate. Coklat dan permen yang terlalu banyak, akan merusak gigi mereka. Kita belum tentu tau kan mereka sikat gigi apakah setiap hari atau tidak. Kadang kita melihat keluarga yang sabun saja tidak punya. Jadi jika ingin share kebahagiaan kepada anak – anak, sempatkan untuk membeli pensil, crayon, sikat gigi lucu. They will accept them pleasantly. Di Everest Region, Dental Clinic ada 1 di Namche Bazar. Itupun punya volunteer. Jadi selalu berfikir tentang apa yang akan kamu berikan, jangka panjang, it is not only for their smile, but also their health.
Jujur saya bukan seorang trekker, sudah dibilang tadi di atas, kalau saya ini shoppinger, cm kebetulan aja nyasar di Everest Region. Semua yang saya tulis di sini berdasarkan pengalaman, karena banyak sekali hal – hal kecil yang disepelekan oleh para trekker terlebih yang amatir. Satu lagi jika kamu berada di ketinggian di atas 3000, usahakan jangan pernah tidur sendirian. Karena altitude sickness bisa datang kapan saja, bahkan keadaan kita yang sebelumny baik – baik saja. Kurangi alkohol selama mendaki. Makan – makanan yang sehat, jaga kesehatan. Dan yang terpenting, know your limit, always.
After all, i would like to say my Special Thanks for taking care of me through my journey to Everest last time, to mas Suko.. mungkin kl ga ada dia, saya ga sampe pulak ke Tengboche, gagal liat Mt Ama Dablam, gagal liat Mt. Everest. If you didnt say, come on Nina.. keep walking.. keep walking…,Mungkin kita udh tidur di tengah hutan saat menuju Namche. Well, It is good to have travel partner who always keep giving nice support to you!
So, selamat menjelajah Himalaya, Namaste!
Halo, Mbak Nina 🙂
senang sekali ketemu cerita Mbak Nina ini. No sweet more, no cocholate more. Tadinya saya kepikir bawa itu. Tapi sekarang jadi lain…senang banget membayangkan membawa the sweet little things buat mereka nanti.
hi mba Yanti,
sorry baru sempat liat commentnya. aku beli sikat gigi dari Indonesia mbak. Di Kathmandu juga banyak sih, cm kykny yg di Indomaret lebih lucu – lucu dan menarik. hihi.. semoga perjalanannya nanti lancar ya mbak, keep in touch.
By the way belanja pencil, crayon, tooth brush dll gitu lebih murah di Nepal atau bawa dari Indonesia, Mbak?
5f6pgf
acsbqi
0vyop4