KHIVA UZBEKISTAN
Bayangkan suatu masa dan tempat di mana manusia dari beragam negeri, kebudayaan, agama, perbedaan latar belakang, bekerja sama untuk mengungkap pengetahuan baru, memahami lebih banyak mengenai dunia, serta mengembangkan penemuan – penemuan baru dan menyebarkannya secara bebas dan terbuka. Satu dunia di mana sains adalah bahasa umum yang digunakan untuk permasalahan bersama. Satu dunia dimana kemajuan terjadi karena pertukaran ide, ilmu pengetahuan dan kerja sama.
Zaman dan tempat seperti itu pernah ada, beberapa abad yang lalu, dan kini nyaris terlupakan. Pertukaran komoditi, diskusi keyakinan, penyebaran ilmu pengetahuan di jalur sepanjaang 11,000 km dari ujung Spanyol, Persia, hingga daratan Tiongkok. Orang menyebutnya sebagai Ancient Silk Road. Jaman keemasan di mana semua ilmu tata niaga, pajak, science, dan keagamaan melahirkan tokoh – tokoh super power dijamannya.
Sebut saja kota Khiva, kota ini disebutkan berdiri 1500 tahun yang lalu dan menjadi salah satu daerah persinggahan Jalur Sutera. Khiva yang saat itu menjadi suatu oase digurun sekelilingnya, manjadi suatu tempat yg termahsyur dan disinggahi banyak orang. Khiva, tidak hanya menjadi tempat pertukaran komoditi niaga, hewan ternak, hewan berburu tetapi juga pertukaran ilmu pengetahuan, politik, agama dan keyakinan. Old Khiva Fortress, masih bisa dinikmati hingga saat ini sebagai great open air museum. Makam Emperor, Jami Mosque, Minaret, Madrassah, hingga Caravan Serai, masih berdiri tegak dengan sempurna. Rasanya seperti berada di negeri 1001 malam. Dengan sentuhan tourism, jalur sutera yang kala itu terpandang sebagai jalur berbahaya, kini mempunyai daya tarik para traveler untuk mengunjunginya. Beberapa madrasah disulap menjadi museum, ataupun caravan serai yang berubah menjadi hotel, membuat para pengunjung lebih dapat menikmati sesi Ancient Silk Road di era milenial ini.
Beralih ke Samarkand, kota ini dulunya menjadi pusat pemerintahan seorang Emperor penakluk Asia Tengah, Amir Timur namanya. Daerah kekuasaannya di mulai dari lembah subur Fergana, Andijan, Turkmenistan, Tajikistan, Persia, Turki, hingga India di periode kerajaan Mughal. Di kota Samarkand, Amir Timur dan cucunya membangun seluruh pusat pendidikan (agama, kedokteran, dan astrologi). Amir Timur juga membangun pemakaman Necropolis Shah-i Zynda dengan Persian Tail yang sangat mewah. Beliau juga membangun Masjid Bibi Khanum yang megah dengan ceiling yang tinggi dan magis. Sedangkan Kumpulan Madrasahnya terpusat di Registan Square. Memang Uzbekistan menjadi salah satu bukti bawa Islam pernah mengalami masa kejayaan dan ilmu pengetahuan yang sangat tinggi. Peradabannya yang lebih maju itu mendahului negara – negara Romawi maupun Arab pada masa lalu.
Kini, menjelajahi Uzbekistan menjadi sangat mudah. Uzbekistan Airways July 2019 lalu telah membuka jalur perdananya penerbangan langsung Jakarta – Tashkent. Uzbekistan kini juga membuka fasilitas bebas visa bagi Indonesia. Di Tashkent, kita akan menikmati kota Uni Soviet Lama. Jalanan luas dengan arsitektur gedung – gedung seperti di Rusia. Di Tashkent, kita akan lebih sering menjumpai keturunan Rusia beragama Islam, namun dengan peradaban seperti orang barat. Jalur antar kotanya juga sudah dilengkapi dengan kereta cepat. Sedangkan beberapa kota lainnya masih menggunakan trem ataupun bus public.
Negara Uzbekistan sendiri terbilang aman untuk dijelajahi seorang diri, walaupun setiap masuk tempat wisata, kita diharuskan membayar entrance fee yang cukup merogoh kantong. Seperti negara – negara lainnya, Uzbekistan selalu mempunyai option akomodasi untuk para traveler, mulai dari penginapan budget hingga hotel bintang 5. Pada akhirnya, Uzbekistan memang dipersiapkan untuk benar – benar penyandang “The Pearl of Central Asia”.
Bibi khanum mosque.. Di bangun era amir khan oleh istrinya bibi khanum yang keturunan cina.. Sebagai kejutan sekembalinya amir khan dari india… Correct me if i”m wrong..
8f1wob
t4l945
b8dvl0
0maz5h