Waktu saya pergi ke Manakamana Temple di Gorkha, saat beristirahat di salah satu kedai yang cukup teduh sambil menikmati Coca Cola, tiba – tiba si owner toko dikunjungi oleh orang kaya Nepal. Kira – kira si keturunan kaya itu bilang ke si owner “Bang, saya mau duduk di sana 8 orang” sambil nunjuk tempat duduk saya. Alhasil dalam kurun waktu kurang dari 3 menit, datanglah si owner, bicara dengan teman saya “Bhai, ini tamu mau duduk di sini, lo orang pindah ke tempat sebelah ya” padahal tempat sebelahnya panas bo! Sambil bengong heran kenapa kok gw disuruh pindah.. dan karena masih kecapekan, berdirilah saya.. lalu tamu – tamu orang kaya itu, bilang “Thank you..” saya jawab, “What is going on in here, this is not polite at all” dan teman saya cuma bilang “Udah, kamu ngga ngerti, ok kita pindah”, “OK, tapi saya ga mau bayar minuman saya, mereka harus bayar minuman kita. Lha kita belum selesai duduk duduk kok diusir, emang mereka udh reserve ini tempat?” saya membantah, dan teman saya hanya menjawab “This is Nepal, you don’t understand, ok we move now!”.
Usut punya usut ternyata itu orang kaya kastanya tinggi coy… jadi si tukang toko pun takut, dan kebetulanpun kastanya temenku juga ngga berada di puncak, jadilah dia dengan santainya ngalah. Lha saya? saya kan foreigner, ga ada hubunganny sama kasta. Dan ternyata untuk foreigner dan bukan Hindu, kasta saya berada di bawah sebawah bawahnya.. di bawah Sudra. Gubrak!!! Tidak jarang juga ketika kenalan sama orang Nepal, mereka selalu tanya family name kamu apa? Mereka tidak serta merta tanya dan dari family name itu, ternyata mereka bisa menentukan ini orang levelnya ada di mana. Ribet banget ya..
Kasta memang membagi manusia menjadi beberapa level stratifikasi berdasarkan agama dan kepercayaan. Biasanya kasta berhubungan dengan filosofi Hindu dan ditemukan pada komunitas Hindu Nepal, dan beberapa bagian di India. Tapi paling umum, sistem kasta berada di Nepal.
Waktu saya berada di Gorkha Durbar Square, saya bertemu dengan gerombolan pelajar yang sedang study tour. Beruntungnya saya kenalan dengan pentolan pinter di sekolahnya itu, namanya Dipak. Mulailah saya tanya – tanya tentang kasta di mata seorang anak 17 tahun. Dan dia bercerita bahwa, Kasta di Hindu itu berdasarkan keturunan darah sebagai sumber status. Seseorang hidup dengan kastanya dari mereka lahir. Sebenernya kasta ini keisengannya dewa Brahma (sang Pencipta). Jadi yang lahir dari bagian kepala berarti dia masuk ke kasta tertinggi, disebutnya Brahmin, yang lahir dari bagian tangan masuk kategori Khastriya, dan bagi mereka yang lahir dari bagian bawah (perut) masuk golongan Baisya, sedangkan yang lahir dari kaki berarti masuk golongan Sudra, level terbawah dari kasta.
Pusingnya kasta ini tidak hanya membedakan mereka berdasarkan golongan religi, tetapi juga dalam masalah pembatasan kerja, dan masih terjadi sampai sekarang. Seorang Brahmin bertanggung jawab dalam menjalankan upacara agama dan kebaktian. Khastriyas bertanggung jawab untuk memberikan proteksi kepada semua grup. Baisyas biasanya menjadi businessman, sedangkan Sudra bertanggung jawab pada semua lower level pekerjaan, seperti pembuat sepatu, tukang bersih – bersih toilet, dan membersihkan bangkai binatang.
Sesampainya saya di rumah, saya tetap keep in touch dengan bocah pintar ini, akhirnya setelah ngubek – ngubek sejarah Nepal tentang kasta, dapatlah cerita kira – kira begini :
Di Nepal, kasta di diperkuat pada masa Raja Jayasthiti Malla *temanku di Kathmandu nama belakangnya Malla, turunan Raja berarti tuh orang*, dan selama periode Jung Bahadur Rana (Prime Minister dari Rana family yang pertama) sistem kasta diubah, terdapat 1854 non-Hindu grup yang digabungkan masuk ke sistem kasta. Dan pembagiannya menjadi seperti ini, Tagadhari menduduki kasta tertinggi, Brahmin dan Chhetri (Khastriya) masuk ke ke grup ini. Matwali atau grup peminum alkohol, dibagi menjadi 2 Numerine (higher) dan Marine (lower). Newars (suku asli orang Kathmandu), Rais, dan Limbu masuk ke kategori Numarine *jadi Hippi Kathmandu itu kastanya tinggi coy, sedangkan Majhi, Chepang, Kumal, Danuwar masuk kategori Marine. Orang – orang Numarine biasanya ekonominya kuat, dan tidak bisa dikategorikan sebagai budak, sementara Marine tetap menjadi budak karena keterbelakangan ekonomi. Pani Nachalne- Choichito halnunaparne masuk kategori yang paling kasihan, karena masuk ke kasta terendah, sampai – sampai jika mereka memegang makanan atau air maka blass.. kita tidak bisa makan itu, karena dianggap najis *Gila keless… Muslim, Teli dan semua non-Hindu juga masuk ke kategori ini. Pokoknya Pani Nachalne- Chochito halnuparne itu tidak boleh disentuh, jika tersentuh mereka harus mandi dan mengganti baju mereka dengan kain suci.
Okey, itu cerita dulu waktu masih di abad lalu, sekarang sih ngga segitunya.. mungkin itu juga sebabnya beberapa orang Nepal dan India kalo ketemu cewek asing suka pada nyosor ya.. soalnya kalo nyentuhnya kaum Brahmin bisa kena kutuk se Asia Selatan, nah kalo foreigner kan masukny sekelas sudra, bawahnya sudra malah. Tapi walaupun begitu, tetap manusia mempunyai kesempatan hidup dan pekerjaan yang sama. Semua orang sama dihadapan Tuhan. Kita tidak bisa membedakan karena dia kastanya rendah sehingga dipersulit untuk maju. Mungkin beberapa tempat di Nepal masih memberlakukan hal itu, yah sebut saja beberapa kasta rendah yang sekarang mendapatkan pekerjaan yang bukan dikastanya dia, ternyata masih mendapatkan quota pekerjaan lebih banyak dengan upah yang tidak sebanding. Nepal..Nepal.. kapan negara lo mau maju kalo begini terus. Siapa tau banyak otak Einstein ada di kasta Sudra.
Kalau Bahun kasta masuk nya dimana ya…thanks
Sebagian besar bahun masuk kasta brahmana
wah wah pernah ke nepal ya? share pengalaman donggg mau tauuu
oh ya ini contact ane via line ya : naufalrizq
pgn denger how do you trip there and how was that
si5rve
o5i4zy
anu6ut
imfu05
1kj9m0
paqtl5