Waktu saya pergi ke Manakamana Temple di Gorkha, saat beristirahat di salah satu kedai yang cukup teduh sambil menikmati Coca Cola, tiba – tiba si owner toko dikunjungi oleh orang kaya Nepal. Kira – kira si keturunan kaya itu bilang ke si owner “Bang, saya mau duduk di sana 8 orang” sambil nunjuk tempat duduk saya. Alhasil dalam kurun waktu kurang dari 3 menit, datanglah si owner, bicara dengan teman saya “Bhai, ini tamu mau duduk di sini, lo orang pindah ke tempat sebelah ya” padahal tempat sebelahnya panas bo! Sambil bengong heran kenapa kok gw disuruh pindah.. dan karena masih kecapekan, berdirilah saya.. lalu tamu – tamu orang kaya itu, bilang “Thank you..” saya jawab, “What is going on in here, this is not polite at all” dan teman saya cuma bilang “Udah, kamu ngga ngerti, ok kita pindah”, “OK, tapi saya ga mau bayar minuman saya, mereka harus bayar minuman kita. Lha kita belum selesai duduk duduk kok diusir, emang mereka udh reserve ini tempat?” saya membantah, dan teman saya hanya menjawab “This is Nepal, you don’t understand, ok we move now!”. Usut punya usut ternyata itu orang kaya kastanya tinggi coy… jadi si tukang toko pun takut, […]
- Home
- Nepal
Ke Nepal itu ngga cukup sekali, dan korbanny yang kena sihir ini udh banyak. Saya pun sekarang punya banyak kenalan dengan orang yang sudah lebih dari 2x bolak balik ke sana. Intinya Nepal itu luar biasa, sayapun ikut keracunan, padahal udh memantapkan diri untuk tahun depan aja ke sana lagi, tapi pas liat tiket promo, hatikupun payah pendiriannya, jadilah itu tiket ke issue untuk Oktober 2016. Sebelum ke Himalaya, saya tidak pernah trekking. Jadi trekking pertama saya itu ya di Himalaya sana, ke Muktinath 3800 mdpl, mungkin lebih tinggi sedikit dari Bromo kalau di sini. Waktu saya di Muktinath saya benar – benar merasa Dunia ini luas sekali, dan banyak orang dengan berbagai diversity dan latar belakang. Saya bertemu banyak tourist dengan bahasa antah berantah, saya juga bertemu orang turunan India, turunan Tibet, bahkan keduanya. Saya melewati carut marut Kathmandu, ketenangan Pokhara, dan berjalan di daerah kering Mustang Region. Trip ke Nepal bulan Mei lalu yang membuat saya melihat dunia ini lebih berwarna. Sekarang saya kemana – mana lebih sering jalan kali, ah cuma 3 kilo, jalan pelan – pelan juga sampai. Jalan – jalan ke Negara lain juga jadi lebih pede, pokoknya setelah trekking itu dan bertemu orang – […]
Kami sadar bahwa kami sampai di Muktinath kira – kira pukul 4. Karena waktu yang sempit, kami hanya istirahat di kamar sebentar kira – kira 30 menit, lalu melanjutkan perjalanan ke kuil suci Muktinath. Nafas sudah tersengal – sengal, teringat teori bahwa makin di atas oksigen makin tipis. Suhu juga sudah menunjukkan 3 derajat. Akhirnya kami memesan masala tea sebelum keluar Hotel. Masala tea, adalah teh khas Nepal, teh + susu + cinnamon + rempah – rempah lainnya. Rasanya mantab untuk menghangatkan tubuh. Kuil suci Muktinath berada di ujung jalan, kami masih harus jalan menanjak lagi, dan harus naik tangga lagi. Rasanya saya sudah trauma lihat tangga. Banyak kuda poni yang disewakan jika mau ke kuil suci Muktinath tanpa berjalan kaki. Tapi kami apalah.. cuma bisa mengandalkan kaki.. slowly.. slowly… jalan tersengal – sengal, naik 3 anak tangga, lalu berhenti, naik lagi 5 anak tangga.. lalu berhenti lagi. Umur baru 30 tapi renta sekali ini raga. But Finally… We Made it!! Kuil suci Muktinath adalah kuil untuk beragama Hindu dan Buddha. Kedua agama menganggap suci kuil ini, mereka juga mempunyai cerita sendiri mengenai sejarah dan mitos dari kuil ini. Di agama Hindu, kuil ini merupakan kuil untuk menyembah dewa Whisnu, […]
Setelah keliling di Kagbeni, dapat dipastikan penduduk di Kagbeni bergantung pada pertanian, walaupun ladangnya tidak besar, dan hanya cukup untuk satu perkampungan tersebut. Mereka menanam gandum dan millet, beberapa keluarga juga berternak kambing dengan bulu yang panjang. Di Mustang area, etnis penduduknya adalah Thakali dan Tibetan Gurung, mereka percaya pada Tibetan Buddhism. Etnis yang sama juga dapat dijumpai di Muktinath. Di Kagbeni ada satu monastary kuno, Tibetan Monastry bernama Kag Chode Thupten Samphel Ling Monastery. Monastery ini berdiri tahun 1429, 500an tahun yang lalu oleh Great Lama Tenpai Gyaltsen of Tibet. Walaupun umurnya sudah sangat tua, koleksinya sungguh luar biasa. Gambar patung – patung Buddha kuno masih sangat bagus, walaupun ada beberapa koleksi yang tidak bisa dipertahankan dan tidak dapat direstorasi. Tulisan doa kitabnya pun masih terselamatkan. Monastery ini sangat menggambarkan betapa Kerajaan Mustang jaman dahulu sangat erat kaitannya dengan Tibetan Buddhism. Kag Chode Thupten Samphel Ling Monastery, sempat dihentikan kegiatan spiritualnya karena kekurangan dana dan tidak adanya leader yang kompeten. Beruntung kami mendapatkan guide yang dapat berbahasa inggris dengan sangat baik. Dia adalah seorang mahasiswa asal Jepang. Sayang tidak boleh mengambil foto di dalam Kag Chode Thupten Samphel Ling Monastery. Konon sebelum tahun 1950an, penduduk Tibet menganggap Tibet sebagai […]
Agustinus Wibowo dan Connor Grennan adalah 2 penulis yang “membawa” saya sampai ke Pegunungan Himalaya. Kalau tidak salah si Agustinus Wibowo saat itu dari Annapurna Range mau ke Kathmandu kemudian melewati Jomsom. Sementara Connor si backpacker Amerika yang menyelamatkan anak – anak Nepal dari perdagangan anak mengenalkan saya pada sebuah desa yg sangat cantik dan terkenal dengan sebutan Apple town of Nepal. Ya, desa itu bernama Marpha! Waktu saya cek di google ternyata Jomsom dan Marpha hanya butuh 1.5jam jalan kaki, dan saya lihat juga dari google, kok kenapa banyak orang datang ke Kuil Muktinath ya.. apa specialnya di sana. Dan mulailah saya berbincang – bincang dengan Hari (yang punya High Himalaya Trekking and Expedition). Dan orang inilah yang mengenalkan saya dengan Kagbeni. Kagbeni is the last old town settlement before you can reach the sacred and restricted area of Upper Mustang. Sehingga jadilah rute trekking saya menjadi Jomsom – Kagbeni – Muktinath – Jomsom – Marpha, lalu kembali lagi ke Jomsom. Pokhara – Jomsom – Kagbeni Saya menggunakan Tara-Air untuk terbang selama 30 menit dari Pokhara ke Jomsom. Uniknya penerbangan ini, kita tidak diberikan urutan reserve seat, jadi nanti rebutan duduknya dimana, makanya mending ngga usah foto2 pas mau […]
Banyak yang minta itinerary Nepal saya ngapain aja, dan berapa estimasi biayanya. untuk tiket KL – KTM = 800rb, sedangkan KTM – KL = 1.2jt. CGK – KL = 350rb, KL – PDG – CGK = 900rb. KL – CGK ini tiket termahal dan terbodoh yang saya beli, karena salah perhitungan, teman2 seperjalanan saya masih dapat harga 300rban, beli jauh2 hari. Tapi saat itu saya beranggapan Air Asia biasa kasih promo untuk last minute, dan biasanya cm 150rb plus 500 poin (serius). Jadilah saya nanti – nanti beli, sampai akhirnya semua orang aware kalau tgl 8 Mei itu habis libur panjang, dan tiket ke Jakarta semua super mahal. Waktu last minute (1 minggu sebelum, tiket sdh 1.6jt untuk KL – CGK, dan itu Air Asia). Karena saya ngga rela bayar segitu, akhirnya saya cari semua rute, dari Singapore, Batam, Medan, sampai2 saya juga cari rute ke Makassar karena berharap ada yang error. Dan semua di atas 1.3jt totalnya. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk ke Padang dan dapatlah 900rb untuk KL – PDG – CGK. KL – PDG pakai AA, PDG – CGK pakai lion air. Fyuuuhh…. Itinerary saya disesuaikan karena ada 2 orang teman yang datang di hari ke 6 […]