Meninggalkan kegiatan kantor mengantor akhir tahun lalu pastinya memutus mata air pendapatan dana untuk travelling, namun segi positifnya adalah saya bisa mendapatkan waktu lebih luang untuk travelling ke luar negeri (tanpa harus lihat saldo percutian kantor yang hanya dijatah 12 hari dalam setahun) belajar banyak hal, share pengalaman ke sesama traveller, maupun teman – teman yang sebelumnya masih maju mundur untuk berpetualang secara mandiri. Di lain sisi, berpergian dengan jangka waktu lama dan intens bukanlah pekerjaan yang cocok untuk seorang ibu seperti saya yang seharusnya masih harus di rumah mempersiapkan ini itu untuk keluarga. 80% waktu hidup kamu akan dipakai untuk pekerjaan, jika kamu tidak mencintai pekerjaan kamu, maka kamu tidak akan mencintai hidupmu. — Quote asal by Nina, biar kamu agak impressive aja bacanya. Jadi, memang sudah diputuskan, saya akan menjadikan travelling ini sebagai basis pekerjaan saya ke depan. Dan setelah beberapa kali membuat trip group dengan beberapa peserta, akhirnya keluarlah masalah yang paling crucial, again “Time”. Di negara – negara 4 musim, tentunya mempunyai timing yang sama untuk best time to visit, contoh September sangat bagus untuk melakukan perjalanan overland Ladakh ke Kashmir, Autumn season di Japan jatuh pada bulan November, sementara October merupakan best time untuk trekking […]